Di dalam buku spiritual Capital, Zohar dan Marshall membayangkan sekelompok orang, mirip kesatria templar yang hidup di Abad Pertengahan Eropa, yang terpanggil untuk merebut tanah suci Jerusalem dari kekuasaan Muslim. Mereka kuat, tidak hanya fisik tetapi juga batin, dan bertempur tidak saja dengan senjata tetapi juga dengan do'a dan keyakinan spiritual. Kedua penulis membayangkan ada sekelompok pebisnis, manajer, dan pemimpin perusahaan dewasa ini, yang bisa berperan semacam kesatria templar tersebut, menyelamatkan sistem kapitalisme yang dipandangnya sudah tidak lagi sustainable karena tidak memiliki lagi visi dan kekuatan moral yang diperlukan untuk kehidupan manusia yang semakin kompleks ke depan. Dibayangkan kredo para kesatria bisnis itu adalah sebagai berikut :
"saya yakin bahwa bisnis global memiliki uang dan kekuasaan untuk memberikan sumbangan yang sangat berarti di dalam dunia saat ini yang karut-marut, dan bahwa dengan memberikan kontribusi itu, bisnis bisa menolong dirinya dan juga orang lain. Saya merindukan bisnis yang bisa melihat melampaui kebutuhan dasarnya. Saya membayangkan bisnis menjadi sebuah panggilan hidup, seperti profesi-profesi yang lebih tinggi. Untuk memungkinkan ini smeua, saya yakin bahwa bisnis menambahkan sebuah dimensi agar menjadi lebih berorintasi pada pengabdian dengan nilai, dan cukup banyak menghilangkan pembedaan yang dianggap alamiah antara usaha pribadi dan istitusi publik. Saya membayangkan bisnis mengemban tanggungjawab dunia tempatnya beroperasi dan mengeruk kekayaan. Saya membayangkan diri saya menjadi salah satu dari pebisnis yang merupakan "pemimpin pengabdi"- para pemimpin yang tidak hanya melayani para pemegang saham, kolega, pengusaha, produk-produk, pelanggan, tetapi juga melayani masyarakat, planet bumi, umat manusia, masa depan, dan hidup itu sendiri"
Sengaja ditampilkan lengkap kutipan kredo tersebut supaya terlihat jelas relevansinya dengan konsep manusia sebagai kholifah yang sedang dibahas pada bagian ini. Zohar dan Marshall menyebut lima prinsip di dalam kredo tersebut, yakni memperkuat relevansi gagasan-gagasan yang sudah dikemukakan sebelumnya, antara lain :
- Ada sesuatu yang sakral, sebuah kesadaran bersama yang lebih dalam, yang terhampar di semesta ini dan menyediakan basis bagi setiap aspek kehidupan.
- Hidup dan semua perkara ini di dalamnya saling terkait.
- Semua ikhtiar manusia, termasuk bisnis, adalah bagian dari struktur utuh alam semesta yang lebih besar dan lebih kaya.
- Hubungan yang sehat antara individu dan dunia berupa keterlibatan dan tanggungjawab.
- Pengabdian membawa kerendahhatian dan rasa syukur yang mendalam.
Para kesatrian bisnis yang dibayangkan Zohar dan Marshall adalah mereka yang menjadikan diri dan hidupnya sebagai instumen Alloh SWT dalam merealisasikan rencana-Nya. Atau dalam bahasa Al-Qur'an, yang "menjual dirinya" dan "mengorbankan dirinya" untuk Alloh.
"Sesungguhnya Alloh telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Alloh; lalu mereka membunuh dan terbunuh. (itu telah menjadi) janji yang benar dari Alloh di dalam Taurat, Injil, dan Al-Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) dari pada Alloh? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar." (QS At-Taubah (9);111)
Mereka, para kesatria templar itu lebih tepat disebut disini sebagai para entrepreneur, yakni para entrepreneur spiritual, yang menyucikan motif-motif bisnis korporat, menciptakan arah spiritual korporat ke depan, membangun tatanan baru bisnis yang memikul tanggungjawab kosmik, dan mewujudkan kehidupan yang disebut falah (sejahtera) dan hayatun thayyibah (kehidupan yang baik, yang menekankan pentingnya persaudaraan, keadilan, dan keseimbangan materiil dan spiritual, keselarasan manusia dan alam, serta dunia dan akhirat). Sebagai kelompok tercerahkan, mereka merintis perubahan-perubahan didalam dunia korporat menuju sistem organisasi bisnis yang sehat dan sustainable, tidak saja secara materiil tetapi juga secara spiritual, yang oleh Zohar dan Marshall disebut perusahaan yang berbasis modal spiritual (spiritual capital), bisnis yang bukan sebagaimana biasanya (business as usual), melainkan bisnis yang mungkin terwujud (business as it could be).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar